Monday 19 October 2015

KAJIAN KITAB HIKAM 4

Ulil Abshar-Abdalla Menulis dalam fp-nya


NGAJI HIKAM #4

Bismillahirrahmanirrahim.

Mari kita mulai Ngaji Hikam dengan membaca
Fatehah untuk Syekh Ataillah, untuk ayah dan
sekaligus guru saya Kiai Abdullah Rifai, dan ibu
saya Nyai Salamah.
Bismillah...
---------------------




SUMELEHLAH, JANGAN KEMRUNGSUNG!

Syekh Ibn Ataillah berkata:
َ

Arih nafsaka min al-tadbir. Fa-ma qama bihi

ghairuka 'anka la taqum bihi anta li-nafsika.
Terjemahannya: Buatlah dirimu santai dan
istirahat, tak dirisaukan oleh urusan tadbir
(bekerja/berusaha). Sebab apa yang sudah
dikerjakan oleh orang lain, tak ada gunanya
engkau mengerjakannya sendiri untuk dirimu.


Ungkapan Ibn Ataillah mengandung

kebijaksanaan hidup yang luar biasa dan
mendalam, tetapi juga bisa disalah-pahami.
Kita bisa memahami ungkapan ini dengan cara
awam dan cara khusus.
Pengertian awam. Dalam bagian ini, kita
berhadapan dengan masalah tadbir.
Tadbir adalah lawan dari tajrid. Jika tajrid
artinya membuat diri Anda sepenuhnya
mengabdi untuk kehidupan kontemplatif,
beribadah kepada Tuhan, maka tadbir adalah
kehidupan yang penuh dengan kerja kerja, dan
kerja. Tadbir adalah Anda berusaha dengan
mengikuti hukum sebab-akibat.

Apa yang diungkapkan oleh Ibn Ataillah di sini
semacam nasihat untuk orang-orang yang
masuk dalam kategori manusia-sebab;
manusia yang bekerja dengan menuruti hukum
sebab akibat; manusia yang melakukan ikhtiar
untuk melakukan perubahan dalam dunia ini.
Mayoritas manusia ada pada maqam ini.
Nasihat Ibn Ataillah: Ketika Anda sibuk
melakukan usaha, bekerja keras untuk meraih
atau mengubah sesuatu, maka sekali-kali
Anda perlu istirahat sebentar. Buatlah
semacam jeda untuk dirimu sendiri. Semacam
"sabbatical leave". Ada saat-saat tertentu
seseorang perlu melupakan segala pekerjaan
dan memberikan istirahat kepada jiwa dan
pikirannya.

Pada saat Anda berada dalam "pause mode"
atau istirahat semacam itu, jangan berpikir
apapun. Lupakan segala bentuk tadbir atau
usaha. Sebab, jika seluruh hidup Anda
dihabiskan untuk memikirkan urusan tadbir,
Anda bisa mengalami stres dan tekanan batin.
Sesekali, di tengah-tengah kesibukan usaha
Anda, "arih nafsaka" – buatlah dirimu santai,
rileks. Pada momen istirahat seperti itu, filosofi
yang harus Anda pegang adalah berikut ini: fa-
ma qama bihi ghairuka 'anka la taqum bihi anta
li-nafsika.

Anda tak bisa menyelesaikan segala soal
dalam hidup ini sendirian. Kerapkali masalah
dalam kehidupan ini, baik personal atau sosial,
sangat kompleks. Satu orang saja, sendirian,
tak akan bisa memecahkannya. Pemecahan
harus dilakukan secara gotong-royong. Jika
Anda tak bisa melakukan sesuatu untuk
mengubah keadaan, maka katakan pada diri
Anda: Barangkali ada orang lain yang lebih
kompeten dari saya, dan bisa memecahkan
masalah ini.

Jangan sekali-kali Anda merasa bahwa Anda
bisa mmemborong sendirian seluruh
pemecahan masalah tanpa melibatkan orang
lain, sehingga akhirnya Anda sendiri kerepotan
dan mengalami tekanan mental. Ringankan diri
Anda. Katakan pada diri Anda bahwa apa yang
bisa dikerjakan oleh orang lain dengan lebih
baik, serahkan saja pada mereka. Belum tentu
Anda, bila "ngotot" mengerjakannya sendiri,
akan bisa melakukannya lebih baik.
Pengertian khusus/mistik. Di kalangan kaum
sufi, dikenal tiga jenis tadbir atau usaha. Ada
tadbir yang tercela (madzmum), yang
diharuskan (mathlub), dan yang dibolehkan
(mubah).

Tadbir yang tercela adalah usaha yang disertai
dengan sikap ngoyo, ngotot, dan kadang-
kadang malah "nggege mangsa", mendahului
waktunya. Ini adalah tadbir yang dibarengi
dengan sikap kemrungsung, ingin segera
melihat hasil. Sikap semacam ini hanya
membuat Anda berada dalam tekanan mental.
Sama sekali tidak sehat. Selain kurang sopan
atau adab terhadap Tuhan.

Ahmad ibn Masruq (w. 910 M), seorang tokoh
sufi Baghdad, berkata: man taraka al-tadbir fa-
huwa fi rahah. Barangsiapa meninggalkan
tadbir, usaha, dia akan tenang, tidak
mengalami tekanan. Yang dimaksud dengan
tadbir yang harus ditinggalkan ini tentunya
adalah tadbir yang dibarengi dengan sikap
kemrungung semacam itu, sehingga
menimbulkan tekanan batin.

Tadbir yang diperinthakan (matlub) ialah usaha
yang berkaitan dengan kewajiban kita sebagai
hamba Tuhan. Kita, misalnya, wajib terlibat
dalam tadbir atau usaha untuk melakukan
perintah-perintah Tuhan, seperti ibadah wajib.
Tadbir semacam ini tak bisa dihindarkan.
Adapun tadbir yang diperbolehkan adalah
tadbir dalam bidang duniawi. Anda butuh
menafkahi keluarga Anda, dan karena itu harus
melakukan usaha/ikhtiar. Itulah tadbir yang di-
mubahkan, diperbolehkan.

Apa pelajaran dari kebijaksanaan Ibn Ataillah
ini? Ini mengajarkan kepada kita suatu sikap
yang oleh orang Jawa disebut dengan
"sumeleh". Sumeleh berasal dari kata "seleh"
yang artinya "meletakkan". Pada saat
disibukkan dengan tadbir/usaha yang
membuat diri Anda mengalami tekanan batin,
Anda kadang perlu "sumeleh": meletakkan
beban dan menyerahkan semuanya kepada
Tuhan.

No comments: