Monday 19 October 2015

KAJIAN KITAB HIKAM 5

Kang Ulil Abshar-Abdalla menuliskan di fp-nya

NGAJI HIKAM #5




Bismillahirrahmanirrahim...

Mari kita mulai Ngaji Hikam malam ini dengan
menghadiahkam Fatehah kepada Syekh Ibn
Ataillah (semoga ruhnya disucikan Tuhan),
kepada ayah dan guru saya Kiai Abdullah Rifai,
dan ibu saya Nyai Salamah.
Yang memiliki syarah Hikam karya Syekh Ibn
Ajibah, Iqadzul Himam, yang kita kaji malam ini
ada di hal. 39 (edisi Dar al-Maarif, Kairo).
Mari kita mulai ngaji Hikam. Bismillah...
--------------------



ELING LAN WASPADA

Syekh Ibn Ataillah berkata:

Ijtihaduka fi-ma dumina laka wa taqshiruka fi-

ma tuliba minka dalilun 'ala intimas al-

bashirati minka.
Terjemahannya: Manakala engkau bekerja
keras untuk meraih hal-hal yang sudah
dijaminkan untukmu, sementara engkau teledor
untuk mengerjakan hal-hal yang merupakan
keharusan bagimu, maka itu adalah pertanda
engkau kehilangan mata batin.

Ungkapan Ibn Ataillah ini memiliki dua
pengertian: awam dan khusus.

Pengertian awam. Secara awam, ungkapan ini
pada hakikatnya mengajarkan kepada kita
pentingnya mempertajam mata batin. Dalam
filosofi Jawa, ada istilah yang khas: eling lan
waspada; ingat dan waspada. Manusia harus
selalu waspada, agar tak tergelincir
mengerjakan hal-hal yang kurang perlu, seraya
mengabaikan perkara yang lebih "urgent".
Dalam Buddhisme Zen, dikenal ajaran tentang
"mindfulness", kondisi selalu sadar dan awas,
tidak lengah. Manusia adalah makhluk yang
berkesadaran. Sadar artinya adalah sadar
mengenai sesuatu. Sadar adalah kegiatan
mental yang berasal dari dalam diri manusia,
dan mengarah keluar. Orang yang sadar berarti
menyadari segala sesuatu yang ada di
lingkungannya.

Seorang yang sadar kecil kemungkinannya
untuk terpeleset. Seseorang yang terpeleset
biasasanya karena dia lengah, tidak
memperhatikan situasi di sekelilingnya.
Sesuatu yang menyelamatkan manusia dari
keterpelesetan adalah sikap waspada, awas,
mindfulness. Sementara sikap yang membuat
seseorang mudah jatuh adalah lalai, alpa,
forgetfulness.

Saat seseorang sadar, tidak lengah, dia tahu
mana yang perlu dilakukan, mana yang tidak.
Dia mengerti skala prioritas. Dia mengerti mana
yang mendesak, mana yang tidak. Dia akan
memberikan perhatian yang lebih pada hal-hal
yang mendesak dan penting. Hal-hal yang
tidak perlu, tak akan mendapatkan perhatian
terlalu besar darinya.

Seseorang yang sadar juga tahu mana hal
yang mempunyai manfaat dalam jangka
panjang, mana yang hanya memberikan rasa
gratifikasi atau kepuasan dalam jangka
pendek. Dia memberikan perhatian yang yang
besar pada yang pertama, dan tak terlalu
terkecoh dengan hal yang kedua. Orang yang
sadar biasanya memiliki pandangan jauh ke
depan, bukan pandangan yang pendek, short
sighted.

Itulah kira-kira makna dari ungkapan bijak
Syekh Ibn Ataillah tadi. Jika engkau sibuk
mengurus perkara yang gampang, karena
sudah pasti dengan mudah bisa kau peroleh,
dan mengabaikan hal yang lebih penting dan
bernilai, tetapi harus kau perjuangkan dengan
susah payah, maka itu pertanda kau lengah
atas skala prioritas. Artinya: engkau lebih
memilih "comfort zone," daerah yang nyaman.
Engkau takut merambah hal baru, karena
masih asing dan penuh resiko.

Pengertian khusus/mistik. Manusia memiliki
dua mata: mata lahir, dan mata batin. Mata
lahir, dalam bahasa Arab, disebut basar. Mata
batin disebut basirah. Mata lahir hanya mampu
mengindera hal-hal yang kasat-mata (al-
mahsusat). Mata batin mampu melihat hal-hal
yang halus, lembut, subtil.

Jika Tuhan menghendaki hambanya menjadi
orang yang baik, maka Dia akan menyibukkan
mata lahirnya untuk berbakti kepadaNya,
dengan cara memanfaatkan indera mata untuk
melihat hal-hal yang berguna dan memperkaya
batin. Sekaligus Dia akan menyibukkan mata
batinnya untuk mencintaiNya.

Sebaliknya, jika Tuhan hendak merendahkan
derajat seseorang, Dia akan menyibukkan mata
lahirnya untuk menghamba pada hal-hal yang
melulu bersifat material, permukaan,

superfisial. Dia juga akan menyibukkan mata
batinnya untuk mencintai hal-hal seperti itu.
Baik mata lahir dan batinnya terperangkap
pada hal-hal yang fisik dan material.

Orang kafir ialah dia yang mata batinnya telah
terhapus sama sekali sehingga kehilangan
kemampuan untuk melihat dan mencerap hal-
hal yang rohani. Dia terpenjara pada yang
materi. Dia tak mampu "menyeberang" dari
yang materi kepada yang gaib dan non-materi.
Materialisme adalah sebentuk kekufuran dan
pertanda matinya mata batin.

Orang yang beriman harus bisa melamapaui
yang materi itu. Sebab ciri orang beriman
adalah percaya pada yang gaib, yang non-
materi.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari
kebijaksanaan ini jelas: Manusia harus eling lan
waspada. Sadar dan ingat terhadap hal yang
bersifat inti dan sejati; waspada terhadap
barang-barang yang hanya indah dan
gemerlap di permukaan tetapi keropos di
dalam.[]

No comments: